Jumat, 18 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OTITIS MEDIA KRONIK


 
Landasan Teoritis Penyakit
Konsep Teori Otitis Media




Radang telinga tengah (otitis media) adalah peradangan telinga bagian tengah, peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis). Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif (Brunner and Suddart : 2000).
Otitis media adalah infeksi atau peradangan pada telinga tengah. Hal ini merupakan inflamasi yang seringkali dimulai ketika infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan,
pilek, atau pernapasan atau masalah pernapasan menyebar ke tengah
telinga.
Klasifikasi otitis media
-          Otitis media dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
·         Otitis media akut
·         Otitis media kronis
·         Otitis media sekretori.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah (Brunner and Suddart : 2000).

OTITIS MEDIA PERFORATA (KRONIK)

a.      Pengertian

Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang irreversible.
           

b.      Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi  kronis antara lain:
1.      Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
2.      Perforasi membran timpani yang menetap.
3.      Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4.      Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
5.      Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
6.      Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

c.         Patofisiologi

 Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut (Brunner and Suddart, 2000).
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media atelektasis.

d.      Manifestasi Klinis
 Menyebabkan kehilangan derajat pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau peresisten yang berbau busuk. Biasanya, tidak ada nyeri. Kolesteatoma tidak menyebabkan nyeri. Otoskopis membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat juga tidak terlihat. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
GEJALA KLINIS
-          Telinga Berair (Otorrhoe)
-          Gangguan Pendengaran
-          Otalgia (Nyeri Kepala)
-          Vertigo

e.        Pemeriksaan Penunjang

1.      Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
2.      Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3.      Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
4.      Pemeriksaan Radiologi
a.      Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
b.      Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
c.       Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
d.      Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
5.      Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
f.    Penatalaksanaan
  1. Penanganan local berupa pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap.
  2. Timpanoplasti-rekontruksi. Membedah membrane timpani dan osikulus
  3. Masteidektomi: Mengangkat kolesteatoma.

g.    Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
- Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membran timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
- Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
- Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
- Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis




h. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Pengkajian
1.        Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2.        Riwayat Kesehatan
-          Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
-          Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan otitis media kronis biasanya mengeluh nyeri pada telinga, gangguan pendengaran, demam tinggi.
-          Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
-          Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama, riwayat penyakit keturunan.
-          Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
  
3.        Pola Fungsional Gordon
-          Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
b.      Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?
c.       Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
: Biasanya klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dan bagaimana penyakit ini terjadi. Klien akan menganggap biasa gejala penyakit yang dirasakan.
-          Pola nutrisi - metabolik
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?
b.      Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c.       Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
d.      Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
e.      Apakah klien mengalami mual dan muntah?
f.        Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?
: Biasanya klien mengalami susah menelan, anoreksia, mual, muntah, stomatitis, mukolitis, dyspepsia atau disfagia, BB menurun.
-          Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b.      Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c.       Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d.      Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Kebanyakan klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi. Gangguan biasanya pada ketergantungan klien pada bantuan keluarga untuk melakukan eliminasi.

-          Pola aktivitas - latihan
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
b.      Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c.       Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4        = ketergantungan
d.      Apakah klien mengeluh mudah lelah?
: Biasanya klien akan mengalami Dispnea, suara nafas menurun/menghilang & adanya suara tambahan seperti rale (krekels), mengi, ronki dengan auskultasi. Nadi cepat dan tekanan darah menurun.
-          Pola istirahat - tidur
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b.      Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c.       Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
: Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan di telinga.
-          Pola kognitif - persepsi
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Kaji tingkat kesadaran klien
b.      Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?
c.       Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
d.      Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
: Fungsi indra pendengaran klien akan terganggu, ada yang terasa berdenging atau sudah tuli. Fungsi indra lain biasanya tidak mengalami gangguan.

-          Pola persepsi diri - konsep diri
: Pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?
b.      Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c.       Apakah klien merasa rendah diri?
: Gangguan konsep diri yang dialami klien akan terjadi bila klien sudah mengalami gangguan atau kehilangan fungsi pendengarannya.
-          Pola peran - hubungan
: pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
b.      Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
c.       Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?
: Biasanya klien akan terganggu dalam berhubungan dengan pasangan serta akan sulit berperan dengan baik dalam keluarga, khususnya.
-          Pola reproduksi dan seksualitas
: Pada pola ini kita mengkaji:
a.      Bagaimanakah status reproduksi klien?
b.      Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
: Klien tidak mengalami gangguan dalam reproduksi dan seksualitasnya
-          Pola koping dan toleransi stress
: Pada pola ini kita mengkaji:
a.      Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
b.      Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
c.       Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
: Biasanya klien akan mengalami cemas dengan  penyakit yang dideritanya.
-          Pola nilai dan kepercayaan
: Pada pola ini kita mengakaji:
a.      Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b.      Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?


Kasus
IDENTITAS
Nama                          :           Ny. “Z”
Umur                           :           35 tahun
Jenis Kelamin              :           Perempuan
Pekerjaan
                    :           Ibu Rumah Tangga
Alamat                        :           Jl. Hatta No.56, Padang

Keluhan Utama                      :           Sakit pada telinga kanan, disertai demam tinggi
Riwayat Penyakit sekarang :           Sejak 1 bulan yang lalu klien mengeluhkan telinga kanan keluar cairan yang berlebih dan  kurang bisa mendengar, telinga sering berdenging dan kadang diikuti dengan pusing serta padangan yang berputar-putar. Namun, awalnya klien tidak mempedulikannya dan menganggap biasa.
Riwayat kesehatan keluarga            :           Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya
Riwayat kesehatan dahulu   :           Ketika di bangku SD, pasien pernah mengeluh sakit pada telinga kanannya disertai dengan keluar cairan putih jernih yang terus menerus namun tidak berbau. Sejak saat itu, keluhan sakit telinga kanan dan keluar cairan dari telinga sering terjadi dengan rentang waktu yang tidak begitu lama tiap keluhan timbul.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak kelelahan
Kesadaran         : Normal
Tanda vital         : TD  120/90 mmH        N  90x/m    S=380C





Pengkajian Pola fungsional Gordon
a.        Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Klien awalnya tidak menanggapi penyakitnya. Padahal sewaktu SD klien pernah mengalami gejala yang sama. Klien baru datang ke rumah sakit setelah nyeri di telinganya bertambah. Klien tidak memiliki riwayat merokok dan konsumsi alkohol.
b.        Pola Nutrisi-Metabolik
Klien mengeluh susah makan karena nyeri yang dirasakannya. Porsi makanan yang diberikan rumah sakit, dihabiskan klien 1-2 sendok makan. Klien alergi terhadap ikan laut. Klien seharinya minum 3-4 gelas.
c.         Pola Eliminasi
Sejak masuk rumah sakit, klien melakukan BAB dan BAK masih di WC tapi dipapah oleh keluarga. Klien mengaku lemah dan pusing.
d.        Pola Aktivitas dan Latihan
Dalam hal ini aktivitas pasien terganggu karna rasa nyeri hebat yang terjadi pada telinga kanan dan disertai demam tinggi kadang diikuti dengan pusing serta padangan yang berputar-putar. Ini menyebabkan klien tergantung pada bantuan keluarga dan perawat.
e.        Pola istirahat dan tidur
Pasien terganggu istirahat dan tidurnya karena rasa nyeri pada telinga dan sering berdenging-denging. Pada malam hari klien sering terbangun.
f.          Pola kognitif-persepsi
Klien mengalami gangguan pada sistem pendengarannya. Klien sering merasa berdenging pada telinganya dan pusing. Sistem indra klien yang lain tidak mengalami gangguan. Klien mengeluh nyeri di telinganya dan menganggu aktifitas klien.
g.        Pola peran dan hubungan
Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat atau interaksi sosial klien tidak mengalami gangguan. Keluarga bergantian untuk menjaga klien di rumah sakit.
h.        Pola konsep diri
Pasien mengalami harga diri rendah karena penyakit yang dideritanya dan dalam hal ini perlunya dukungan dari keluarga terdekat. Klien mengaku malu dan taku mengalami ketergantungan pada keluarganya.


i.          Pola seksual-reproduksi
Klien adalah ibu rumah tangga yang masih produktif dan memiliki 3 orang anak. Kasih sayang dari keluarga tidak berkurang.
j.     Pola koping dan toleransi stress
Penderita mengalami stres dan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan. Klien takut menjadi tuli dan menjadi beban bagi orang tuanya.
k.    Pola keyakinan dan kepercayaan
Penderita mengalami gangguan pada saat beribadah, diharapkan hubungan klien dan sang penciptanya harus lebih dekat dan terjadinya peningkatan ibadah pada klien.























Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC, NIC

Gangguan persepsi panca indera: auditorius b.d. Gangguan penghantaran bunyi pada organ pendengaran

Defenisi: perubahan dalam jumlah maupun  pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan penyusutan, pelebihan, penyimpangan, atau gangguan tanggapan terhadap rangsangan tersebut.
Perubahan Sensori-Persepsi ; Pendengaran
Kriteria Hasil:
-     Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
-      Pasien akan mempertahankan kemampuan pendengaran
-      Tidak adanya sakit kepala
·         Peningkatan Komunikasi: Defisit Pendengaran
Aktivitas:
ü  Janjikan untuk mempermudah pemeriksaan pendengaran sebagaimana mestinya
ü  Memfasilitasi penggunaan alat bantu sewajarnya
ü  Beritahu pasien bahwa suara akan terdengar berbeda dengan memakai alat bantu
ü  Jaga kebersihan alat bantu
ü  periksa secara rutin baterai alat bantu
ü  Mendengar dengan penuh perhatian
ü  Menahan diri dari berteriak pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi
ü  Memfasilitasi lokasi penggunaan alat bantu
ü  Memfasilitasi letak telepon bagi gangguan pendengaran sebagaimana mestinya
·      Pembentukan kognisi
Aktivitas:
ü Bantu pasien untuk menerima kenyataan bahwa statemen diri berada di tengah-tengah timbulnya emosi
ü Bantu pasien memahami akan ketidakmapuannya untuk menggapai perilaku yang diinginkan sering disebabkan oleh statemen diri yang tidak masuk akal
ü Tunjukkan bentuk-bentuk kelainan fungsi berpikir (misal, pikiran yang bertentangan, terlalu banyak menggeneralisasi, penguatan, dan personalisasi)
ü Bantu pasien mengenali emosi yang menyakitkan  yang ia rasakan
ü Bantu pasien mengenal pemicu yang diterima (misal, situasi, kejadian, dan interaksi dengan orang lain) yang membuat stress
ü Bantu pasien untuk mengenal interpretasi pribadi yang salah mengeni faktor pemicu yang diterima
Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan yang lebih realistis berdasarkan situasi yang membuat stres, kejadian, dan interaksi





Nyeri Kronik berhubungan dengan agen cedera (biologis)
Defenisi:
pengalaman emosional dan berhubungan dengan perasaan tak enak timbul dari kerusakan jaringan nyata atau potensial atau uraikan dalam kaitan dengan seperti kerusakan
Analisa data :
DS : klien mengeluhkan nyeri pada telinga, yang telah dirasakan sejak SD dan hilang timbul.
DO : klien terbatas aktifitasnya dan mringis nteri, S=380C
Tingkat Kenyamanan
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-      Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
-      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-      Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-      Tanda vital dalam rentang normal
Manajemen Nyeri :
-   Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-   Observasi reaksi  nonverbal dari ketidaknyamanan
-   Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-   Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-   Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-   Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-   Kontrol lingkungan  yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-   Kurangi faktor presipitasi nyeri
-   Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
-   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
-   Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-   Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-   Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
-   Tingkatkan istirahat
-   Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
-   Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, serta salah interpretasi.
Defenisi:
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topik spesifik.




Analisa data :
DS : Klien menganggap biasa penyakitnya dan membiarkannya.
DO : Klien tidak melakukan perawatan yang tepat pada telinganya.
Knowledge : Health Behavior
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
-      Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
-      Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-      Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Teaching : Health Behavior
-  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
-  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
-  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
-  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
-  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
-  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
-  Hindari jaminan yang kosong
-  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
-  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
-  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
-  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
-  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
-  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
-  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.








WOC
Invasi bakteri  


Infeksi telinga tengah
 


Proses peradangan         Peningkatan produksi     Tekanan udara        Pengobatan tak tuntas /
                                       Cairan serosa                   telinga tengah (-)     episode berulang













Nyeri Kronik
 

 





                                      Akumulasi                        Retraksi                    Infeksi berlanjut dpt sampai
                                      Cairan mukus                    membran                   telinga dalam
                                       Dan serosa                        timpani                           







 




                                                                  
                            Hantaran suara/udara                Tjd erosi pd kanalis     Tindakan mastoidektomi
                           Yg diterima menurun               semisirkularis
  










Ggn Persepsi sensori
 

Resiko injury
 

Resiko infeksi
 

 

                                                                            
















DAFTAR PUSTAKA

Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!